Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menghadiri Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2025 yang dipusatkan di Indonesia Arena, Jakarta, pada Jumat, 28 November 2025. Acara dengan tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat” ini menjadi momentum penting yang mempertemukan ribuan guru dari berbagai daerah, sekaligus menandai konsolidasi arah besar pembangunan pendidikan Indonesia di bawah pemerintahan Kabinet Merah Putih.

Acara dimulai dengan suasana khidmat—Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama, dilanjutkan doa dan persembahan kesenian oleh para guru serta murid. Penampilan lagu “Terima Kasih Guruku” melengkapi nuansa haru dalam auditorium yang dipadati lebih dari 9.000 guru. Presiden Prabowo hadir menyaksikan seluruh rangkaian acara dari awal hingga akhir.
Salah satu momen yang mendapat perhatian publik adalah ketika Presiden Prabowo menyerahkan Anugerah Guru Indonesia 2025 kepada para pendidik berprestasi dari Aceh, Sumatra Selatan, hingga Banyumas. Mereka adalah Syifa Urrachmah, Koko Triantoro, dan Umi Salamah—sosok-sosok yang menunjukkan keteladanan dan kerja nyata di tengah keterbatasan fasilitas pendidikan, terutama di wilayah 3T.
Pendidikan sebagai Investasi Bangsa
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menegaskan bahwa kualitas pendidikan merupakan penentu utama keberhasilan dan masa depan bangsa. Ia menekankan bahwa pemerintah telah mengambil keputusan politik yang kuat untuk menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas pembangunan nasional.
Presiden menyampaikan bahwa investasi pendidikan bukan sekadar anggaran, tetapi strategi jangka panjang untuk membentuk generasi yang unggul dan berdaya saing global.
“Pembangunan suatu bangsa akan ditentukan oleh kualitas pendidikannya,” ujar Presiden Prabowo. “Karena itu, setiap negara yang berhasil harus berani investasi besar-besaran di bidang pendidikan.”
Presiden menambahkan bahwa anggaran pendidikan Indonesia kini menjadi yang terbesar dalam APBN, melampaui batas minimal 20 persen sesuai amanat undang-undang. Namun, ia mengingatkan bahwa anggaran besar tidak akan bermakna tanpa integritas dan pengawasan yang kuat.
“Uang yang kita alokasikan untuk pendidikan harus benar-benar sampai kepada guru, siswa, dan sekolah. Itulah yang terpenting,” tegasnya.
Presiden juga menyampaikan bahwa pemerintah telah memperbaiki 16 ribu sekolah pada tahun ini, namun masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan pada tahun-tahun mendatang.
Digitalisasi Pendidikan untuk Lompatan Peradaban
Salah satu fokus utama Presiden dalam pidatonya adalah percepatan digitalisasi pembelajaran. Presiden menjelaskan bahwa Indonesia harus mengejar kemajuan negara lain yang berkembang cepat, dan digitalisasi adalah pintu untuk melakukan lompatan besar.

Pemerintah sedang melaksanakan distribusi layar interaktif digital ke seluruh 288 ribu sekolah di Indonesia. Perangkat ini akan menjadi alat utama dalam modernisasi pembelajaran, memperkuat literasi teknologi, dan membuka akses luas ke konten berbasis multimedia.
“Kita menggunakan teknologi untuk melompat,” kata Presiden. “Saya mengirim layar interaktif ke semua sekolah di Republik Indonesia.”
Distribusi perangkat ini telah dimulai dan berlangsung masif, namun tantangan cuaca dan medan di wilayah terpencil membuat sebagian pengiriman membutuhkan waktu lebih lama. Presiden menargetkan seluruh sekolah menerima perangkat sebelum awal 2026.
Tidak hanya itu, Presiden juga mengumumkan rencana penambahan perangkat digital pada tahun berikutnya—tiga layar per sekolah pada 2026, kemudian dua layar tambahan pada 2027—agar setiap kelas dapat mengakses pembelajaran digital.
Untuk memastikan pemerataan mutu guru di seluruh negeri, Presiden juga merencanakan penyiaran materi dari studio terpusat, memungkinkan siswa di daerah terpencil belajar langsung dari pengajar terbaik, termasuk pengajar bahasa internasional.
“Semua sekolah di pelosok mana pun akan bisa belajar dari guru terbaik, bahkan dari guru asli dari berbagai negara,” ujar Presiden.
Pemberantasan Korupsi: Kunci Pemerataan Pendidikan
Presiden Prabowo menegaskan bahwa keberhasilan pembangunan pendidikan tidak dapat dicapai jika korupsi masih menggerogoti anggaran negara. Dalam pidatonya, ia menyinggung praktik mark up dan penyimpangan yang masih terjadi, serta menginstruksikan pengawasan ketat kepada seluruh jajaran kementerian dan lembaga.
“Setiap rupiah harus untuk rakyat—untuk guru, untuk sekolah,” tegas Presiden.
Ia juga mengingatkan bahwa perkembangan teknologi memungkinkan laporan masyarakat diterima secara langsung, bahkan dari desa terpencil sekalipun.
Dengan melibatkan digitalisasi sebagai alat kontrol publik, Presiden berharap tindak penyimpangan dapat ditekan secara signifikan.
Pembangunan 300 Ribu Jembatan untuk Akses Pendidikan Aman
Di tengah rangkaian acara, diputarkan sebuah video yang menampilkan anak-anak di daerah terpencil menyeberangi sungai deras demi mencapai sekolah. Tayangan tersebut memantik keprihatinan mendalam Presiden.

Menanggapi hal tersebut, Presiden mengumumkan pembentukan Satuan Tugas Khusus Darurat Jembatan yang akan memfokuskan pembangunan hingga 300 ribu jembatan di seluruh Indonesia. Presiden menegaskan bahwa akses aman bagi anak Indonesia merupakan tanggung jawab negara yang tidak dapat ditunda.
“Anak-anakku, sabar. Saya sedang bekerja. Mudah-mudahan tahun depan semua jembatan bisa berdiri,” ujarnya.
Presiden juga memerintahkan mobilisasi besar-besaran, mulai dari kementerian, perguruan tinggi—termasuk mahasiswa teknik sipil—hingga pasukan TNI dan Polri.
Ia menegaskan bahwa persoalan jembatan adalah masalah konkret di lapangan, bukan sekadar wacana atau perdebatan politik.
Momen Humanis: Pelukan Presiden untuk Azzam
Salah satu bagian paling mengharukan terjadi ketika Azzam Nur Mu'jizat, siswa SMPLB asal Mojokerto, tampil membawakan lagu “Terima Kasih Guruku”. Seusai penampilan, Presiden menghampirinya dan memberikan pelukan hangat.

Momen tersebut mencerminkan perhatian Presiden terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, sekaligus simbol bahwa pendidikan harus memberikan ruang bagi setiap anak untuk bersinar, apa pun latar belakang dan keterbatasannya.
Kisah Tiga Guru: Keteladanan dari Aceh hingga Banyumas
Pada acara tersebut, Anugerah Guru Indonesia 2025 juga diberikan kepada tiga sosok inspiratif:
Syifa Urrachmah (Aceh): guru tunanetra yang memperjuangkan literasi teknologi bagi siswa disabilitas.
Koko Triantoro (Sumatra Selatan): guru garda terpencil yang membangun jembatan, perahu pendidikan, dan pemberantasan buta baca di daerah 3T.
Umi Salamah (Banyumas): pejuang pendidikan nonformal yang menjadikan rumahnya sebagai pusat kegiatan belajar, hingga membangun PKBM dan layanan pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus.
Kisah ketiganya menjadi cermin nyata semangat “Guru Hebat, Indonesia Kuat”—bahwa transformasi pendidikan lahir dari dedikasi dan keberanian individu yang melampaui tugas formal mereka.

Bagian dari Asta Cita Pembangunan SDM Nasional
Peringatan Hari Guru Nasional tahun ini menegaskan bahwa guru berada di pusat strategi pembangunan SDM dalam Asta Cita Kabinet Merah Putih, yang menempatkan sains, teknologi, kesehatan, olahraga, kesetaraan gender, dan inklusi sosial sebagai fondasi kemajuan bangsa.
Komitmen Presiden untuk meningkatkan kesejahteraan guru, memperluas akses teknologi, menghapus korupsi, memperbaiki infrastruktur pendidikan, dan menjamin keselamatan anak sekolah merupakan rangkaian agenda besar yang saling terhubung untuk memperkuat masa depan pendidikan Indonesia.
(BPMI Setpres)

